Akidah secara bahasa artinya ikatan.
Sedangkan secara istilah akidah artinya keyakinan hati dan pembenarannya
terhadap sesuatu. Dalam pengertian agama maka pengertian akidah adalah
kandungan rukun iman, yaitu:
- Beriman dengan Allah
- Beriman dengan para malaikat
- Beriman dengan kitab-kitab-Nya
- Beriman dengan para Rasul-Nya
- Beriman dengan hari akhir
- Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk
Sehingga akidah ini juga bisa
diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan di dalam hati
seseorang (lihat At Tauhid lis Shaffil Awwal Al ‘Aali hal. 9, Mujmal
Ushul hal. 5)
Kedudukan Akidah yang Benar
Akidah yang benar merupakan landasan
tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan
oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya:
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Maka barangsiapa yang mengharapkan
perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan
sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu
dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik
pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan
orang-orang yang merugi.” (QS. Az
Zumar: 65)
Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan
bahwa amalan tidak akan diterima apabila tercampuri dengan kesyirikan. Oleh
sebab itulah para Rasul sangat memperhatikan perbaikan akidah sebagai prioritas
pertama dakwah mereka. Inilah dakwah pertama yang diserukan oleh para Rasul
kepada kaum mereka; menyembah
kepada Allah saja dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya.
Hal ini telah diberitakan oleh Allah
di dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh telah Kami utus kepada
setiap umat seorang Rasul yang menyerukan ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut
(sesembahan selain Allah)’” (QS. An
Nahl: 36)
Bahkan setiap Rasul mengajak kepada
kaumnya dengan seruan yang serupa yaitu, “Wahai kaumku, sembahlah Allah.
Tiada sesembahan (yang benar) bagi kalian selain Dia.” (lihat QS. Al
A’raaf: 59, 65, 73 dan 85). Inilah seruan yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud,
Shalih, Syu’aib dan seluruh Nabi-Nabi kepada kaum mereka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menetap di Mekkah sesudah beliau diutus sebagai Rasul selama 13
tahun mengajak orang-orang supaya mau bertauhid (mengesakan Allah dalam
beribadah) dan demi memperbaiki akidah. Hal itu dikarenakan akidah adalah
fondasi tegaknya bangunan agama. Para dai penyeru kebaikan telah menempuh jalan
sebagaimana jalannya para nabi dan Rasul dari jaman ke jaman. Mereka selalu
memulai dakwah
dengan ajaran tauhid
dan perbaikan akidah kemudian sesudah itu mereka menyampaikan berbagai
permasalahan agama yang lainnya (lihat At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali,
hal. 9-10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar