Diniyah Takmiliyah Awaliyah
Darul Ishlah belum lama berdiri. Pendirinya adalah Muhammad Nahrun, S.Ud.
yang lahir pada tanggal 08 September 1984 di Jetak Mutihan Gantiwarno Klaten, putra
pertama dari tujuh bersaudara pasangan Lasinem dan Sri Dzuriyati.
Pendidikan non formal
ditempuh selama 6 tahun (2001-2007). Empat tahun di Pondok Modern Darussalam
Gontor, Ponorogo yang diasuh oleh KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, KH. Hasan
Abdullah Sahal dan Drs. KH. Imam Badri (almarhum). Kemudian,
melanjutkan mengajar dalam rangka khidmah
di Pondok Modern Darul Muttaqin Banyuwangi (pondok cabang) dua
tahun. Selanjutnya setelah keluar dari Pondok dan meneruskan kuliah di IAIN
Surakarta jurusan Tafsir Hadits selama dua tahun.
Asal-usul diniyah ini bermula pada tahun 1991,
pada saat itu ada sosok pemuda dan pemudi yang siap berjuang untuk masyarakat
(khususnya tataran anak-anak) di antaranya Ibu Winarni, bapak Nur Rachmad,
bapak Sumadi dan bapak Giyanto di dusun Jiwonalan, Kal. Mutihan , Kec. Gantiwarno Kab. Klaten. Di dusun
inilah mereka berjuang dengan mendirikan TPA yang dikenal dengan sebutan TPA
al-Hidâyah yang berdomisili di Masjid pada hari yang telah ditentukan.
Dalam sejarahnya, TPA al-Hidâyah pernah mengalami
kejayaan berkat keikhlasan, kesemagatan, kesungguhan dan kedisiplinan mereka.
Banyak santri berduyun-duyun datang untuk menimba ilmu di TPA itu. Mereka
berasal dari daerah sekitar, hingga mencapai 30-40 santri. Karena banyaknya
jumlah santri dan jarak rumah yang berjauhan, maka hampir setiap daerah
didirikan TPA seperti jetak, Karang, Somopuro, Baturan dll.
Sebagai tambahan, setelah para pendiri TPA itu pergi
merantau, berkeluarga dan kurangnya perhatian terhadap kaderisasi, maka kondisi TPA saat itu mulai pasang-surut
dan bahkan hampir mati. Kemudian perjuangan mereka diteruskan dari kalangan
para santri-santrinya yang pertama dan masih berstatus saudara dengan pendiri
TPA (Winarni) yaitu Siti Nur Jannah dan Mulyanti. Alkisah pada masa
kepengasuhan para pengganti itu ada salah satu seorang santri yang melanjutkan
menuntut ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur yang
bernama Muhammad Nahrun (2001-2007). Maka santri Muhammad Nahrun dipercaya
untuk mengajar di TPA itu dan pada akhirnya diberi amanah untuk mengasuh TPA
al-Hidâyah.
Santri
alumni Gontor itu kemudian mengambil langkah untuk memajukan dan mengembangkan
TPA al-Hidâyah tersebut dengan penuh kesungguhan, kesemangatan dan keoptimisan
baik dari kedisiplinan, keilmuan, mental (akhlaq) maupun ‘ubudiyah santri
maupun guru demi menghidupkan kembali
TPA yang hampir mati itu. selanjutnya kami mengadakan program kaderisasi dari
kalangan santri. Abdul Majid (di Pondok Gontor Putra), Septiana Wahyuningsih (Di
Pondok Gontor Putri), Suci Kurniasari, Viola Sasmita
Rahayuningrum, Khairiyyah Titi Wahyu Adibah, Fifi Handayani dan Deby Briliana Fatika adalah
santriwan-santriwati bimbingan kami yang sampai detik ini masih berjuang
bersama-sama dalam memajukan TPA
tersebut. Tepatnya tanggal 07 Desember 2008 nama TPA al-Hidâyah diganti menjadi
PASDI yaitu Pesantren Anak Sholeh Dârul Ishlâh. Pada tanggal 20 Agustus 2009 di
dalam Pentas Seni Arena Gembira Anak Sholeh, dideklarasikan nama PASDI di
hadapan masyarakat yang hadir pada kesempatan itu dengan pengasuhnya adalah
Ust. Muhammad Nahrun oleh Ir. Pri Harsanto, M.Si (Camat Gantiwarno). Asal mula
dinamakan PASDI adalah adanya penggabungan kurikulum antara kurikulum TPA
dengan kurikulum Pondok pesantren, yang pada hakikatnya adalah TPA.
Tempo
perjalanan dakwah bersama PASDI kurang lebih
2 tahunan. Dan atas kesepakatan bersama (10 orang Asatidz), diputuskan
untuk mengajukan MADIN, akan tetapi ketika itu nama PASDI tidak diperbolehkan,
karena identik dengan nama pesantren. Kemudian dari pihak DEPAG langsung
memberi ganti nama dari PASDI menjadi Dîniyah Takmîliyah Awwaliyah. Kemudian nama
itu disampaikan kepada pihak KUA dan dari pihak KUA disampaikan ke Pengasuh
PASDI. Tepatnya hari selasa 27 April 2010, jam 18.30 nama PASDI diganti dengan
Dîniyah Takmîliyah Awaliyah. Selanjutnya nama itu disempurnakan oleh Pengasuh
dengan tambahan Dârul Ishlâh, sehingga menjadi Dîniyah Takmîliyah Awaliyah
Dârul Ishlâh (DTA Dârul Ishlâh). Sebagai tambahan, saat ini lembaga
pendidikan ini berdomisili di kediaman area bapak H. Mustadi yang statusnya adalah rumah
kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar